Liburan tiba, Lebaran pun akan segera tiba, ya itu lah yang ada dibenak saya akhir-akhir ini, maklum mental Mahasiswa yang sangat butuh liburan seiring dengan kesibukan yang di hadapi diperkuliahan. Pada liburan semester genap kali ini kebutlan dimana sedang libur sekolah juga karena akan merayakan hari raya Lebaran. Akhirnya Keluarga saya memiliki rencana untuk pulang ke kampung halaman, ya kalau dalam sebutan kerennya Mudik. Cukup lama saya dan keluarga tidak merasakan suasana Mudik dan berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman.
Perjalanan mudik tahun ini, kami sekeluarga menggunakan transportasi darat yang lamanya sekitar 3 hari 2 malam. termasuk lama memang perjalanan yang kami tempuh dari bogor menuju medan. Kami berangkat pada hari H-3 lebaran, sebelum berangkat kami meyiapkan semua peralatan dan mengecek semua kelengkapan yang ada. mulai dari kondisi mobil yang akan kami gunakan, perlengkapan makanan, minuman, obat, pakaian yang dibawa dan tak lupa fisik kami sekeluarga pun harus sehat untuk melakukan perjalan yang jauh ini. Perjalanan Bogor Sumatera memang bukan sekedar perjalanan Bogor jakarta yang sering banyak orang lakukan tiap harinya untuk mendulang rejeki. Karena menurut pengetahuan yang saya baca, sebagian wilayah sumatera masih banyak dikelilingi hutan, jalan yang masih rusak serta tak ketinggalan istilah Bajing Loncat yang sering menghantui para pemudik yang melakukan perjalanan darat dengan menggunakan mobil pribadi. Kami pun sekeluraga berdoa sebelum melakukan perjalanan dan percaya bahwa Tuhan akan melindungi perjalanan kami dengan selamat sampai kami tiba kembali di Bogor. kami berangkat dari Bogor ke Pelabuhan Merak lumayan lancar. Namun setibanya kami di komplek Pelabuhan Merak, antrian mobil disini sudah membanjiri dermaga pelabuhan, kami pun harus menunggu sekitar 6 jam agar dapat giliran memasuki kapal yang akan mengantarkan kami menyebrang ke pulau sumatera. cukup lama memang, tapi apa boleh buat, buah tomat bentuknya bulat... akhirnya mobil kami pun memasuki kapal, dan kapal langsung berangkat. Kami sekeluarga langsung memanfaatkan waktu peyebrangan ini dengan beristirahat, sebab perjalanan kami masih sangat panjang. setibanya di Pelabuhan Bakauheni kami langsung tancap gas.
Suasana hutan rimba khas sumatera sudah mulai teasa, kami melewati wilayah yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar serta minimnya penerangan lampu jalan. di sepanjang perjalanan banyak mobil berplat B (Jakarta) yang akan melakukan ritual mudik seperti kami. memang kejadian mudik ini memang sering dilakukan ketika perayaan hari raya tiba, tak penting seberapa jauhnya perjalanan yang akan ditempuh dan seberapa lamanya diperjalanan asalkan bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halamam dengan berbagi cerita dan penuh bahagia. Hari perjalanan kami dipulau sumatera, saya beserta adik saya yang perempuan agak sedikit jenuh. Kami pun mengambil inisiatif untuk memainkan game yang ada di handphone smartfren milik ibu saya. singkat cerita kami sudah memasuki wilayah Baturaja, kami pun beristirahat dengan mencari rumah makan, untuk mengisi perut kami yang sudah mulai terasa lapar. Rumah makan yang kami kunjungi pun sangat sederhana, akan tetapi tak membuat kami kecewa akan makanan yang disajikan. setelah kami selsai mengisi perut, tiba-tiba ayah saya didatangi oleh bapak-bapak yang umurnya agak lebih muda dari ayah saya. Rupanya bapak itu mengajak kami untuk melakukan konvoi kendaraan. Ini dia tradisi yang sering dilakukan oleh orang-orang jika melakukan mudik ke sumatera. Jangan heran jika melihat banyak mobil yang melakukan konvoi karena untuk menghindari kawasan dari kawanan bajing loncat, disumatera yang terkenal dengan kawanan bajing loncat ialah kawasan Lahat. kami sekeluarga pun memutuskan untuk melakukan konvoi kendaraan. terdapat 7 mobil termasuk kami yang melakukan konvoi. kami langsung memacu kenderaan mobil dengan secepatnya, karena sebelum hari mulai gelap kita harus sudah melewati kota Lahat yang terkenal dengan kawanan bajing loncatnya. setelah melewati wilayah Lahat, rombongan kami pun satu persatu sudah berpencar kembali. Ya ini memang suatu ke unikan yang selalu saya nikmati setiap melakukan mudik ke sumatera.
Tak terasa kami sudah sampai di Lubuk Linggau, disini kami berencana untuk istirahat sejenak, kami memilih SPBU untuk istirahat sekaligus menambah bahan bakar mobil kami dan mengecek kondisi ban serta mesin mobil. untunglah SPBU ini memiliki toilet yang bersih dan nyaman, kami sekeluarga langsung membasuh badan, muka, kaki, tak lupa sikat gigi sehingga tubuh kami terasa segar. Setelah badan cukup segar dan siap melanjutkan perjalanan. Ayah saya pun langsung mengemudikan mobil dengan santai di iringi lagu batak yang kami stel dimobil. Kota singgahan kami selanjutnya adalah Bukit Tinggi, kami sangat berungtung ketika tiba dikota ini. Dikota ini sedang di adakan pawai Takbiran, tak terasa rupanya lebaran sudah tinggal esok hari. Masyarakat Bukti Tinggi pun merayakan takbiran ini dengan sukacita. Ya walaupun kami non Muslim dan tidak ikut Merayakan Lebaran, akan tetapi kami ikut merasakan dan sangat menikmati suasana ini yang penuh dengan kemenangan. Ratusan orang terlibat dalam pawai beduk mendapat sambutan meriah dari berbagai kalangan warga asli, warga yang pulang kampung, ataupun warga dadakan yang ada di Bukittinggi , seperti kami. saya sangat menikmati pawai beduk, pesta kembang api, sambil menyantap snack yang kami bawa. Setelah melewati Kota Bukit Tinggi, kami pun tiba di Kelokan Sembilan yang terkenal di wilayah Sumatera Barat ini, Kelokan Sembilan memang memiliki pemandangan yang indah untuk berfoto-foto akan tetapi kiri kanan jalan ini adalah jurang, jadi ketika kami akan melintasinya, ibu, kakak, adik dan saya berpesan kepada ayah saya agar berhati-hati. Selepas Kelokan Sembilan, akhirnya kami sampai di perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Di hutan yang sudah hampir gundul, saya sempat menyaksikan illegal logging alias penebangan pohon yang tidak bertanggung jawab. Truk besar mengangkat batang pohon-pohon besar yang bisa sampai berdiameter 5 meter. Pohon besar yang berumur puluhan tahun yang seharusnya menjadi warisan untuk anak cucu, dibabat dan lahannya dibiarkan gundul.
Tak terasa kami sudah sampai di Lubuk Linggau, disini kami berencana untuk istirahat sejenak, kami memilih SPBU untuk istirahat sekaligus menambah bahan bakar mobil kami dan mengecek kondisi ban serta mesin mobil. untunglah SPBU ini memiliki toilet yang bersih dan nyaman, kami sekeluarga langsung membasuh badan, muka, kaki, tak lupa sikat gigi sehingga tubuh kami terasa segar. Setelah badan cukup segar dan siap melanjutkan perjalanan. Ayah saya pun langsung mengemudikan mobil dengan santai di iringi lagu batak yang kami stel dimobil. Kota singgahan kami selanjutnya adalah Bukit Tinggi, kami sangat berungtung ketika tiba dikota ini. Dikota ini sedang di adakan pawai Takbiran, tak terasa rupanya lebaran sudah tinggal esok hari. Masyarakat Bukti Tinggi pun merayakan takbiran ini dengan sukacita. Ya walaupun kami non Muslim dan tidak ikut Merayakan Lebaran, akan tetapi kami ikut merasakan dan sangat menikmati suasana ini yang penuh dengan kemenangan. Ratusan orang terlibat dalam pawai beduk mendapat sambutan meriah dari berbagai kalangan warga asli, warga yang pulang kampung, ataupun warga dadakan yang ada di Bukittinggi , seperti kami. saya sangat menikmati pawai beduk, pesta kembang api, sambil menyantap snack yang kami bawa. Setelah melewati Kota Bukit Tinggi, kami pun tiba di Kelokan Sembilan yang terkenal di wilayah Sumatera Barat ini, Kelokan Sembilan memang memiliki pemandangan yang indah untuk berfoto-foto akan tetapi kiri kanan jalan ini adalah jurang, jadi ketika kami akan melintasinya, ibu, kakak, adik dan saya berpesan kepada ayah saya agar berhati-hati. Selepas Kelokan Sembilan, akhirnya kami sampai di perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Di hutan yang sudah hampir gundul, saya sempat menyaksikan illegal logging alias penebangan pohon yang tidak bertanggung jawab. Truk besar mengangkat batang pohon-pohon besar yang bisa sampai berdiameter 5 meter. Pohon besar yang berumur puluhan tahun yang seharusnya menjadi warisan untuk anak cucu, dibabat dan lahannya dibiarkan gundul.
Jadi selain menikmati indahnya Tanah Airku Indonesia. Singkat cerita, akhirnya kami pun sampai dikota kelahiran ayah saya yaitu Dolok Sanggul yang terletak di Tapanauli Utara ini. Perjalanan 3 hari 2 malam yang sangat berkesan dan menyenangkan menurut saya. Setibanya di rumah Opung, kami langsung berlari dan memeluk Opung kami dengan hangat dan tak ketinggalan ciuman manis pun kami berikan untuknya hahahaha maklum sudah lama kami tak bertemu dengan Opung kami ini yang sudah berusia lebih dari 80 tahu ini, akan tetapi Opung saya masih sangat kuat dan sangat semangat jika pergi ke kebun mengurusi tanaman kopi miliknya hahahaha hebat bukan Opung saya ini?
Kami sangat menikmati keindahan alam yang disajikan di tanah leluhurku ini, tak lupa kami mengunjungi makam Opung Doli, sebutan untuk kakek laki-laki atau Ayah dari Ayah saya. Kami mebersihkan makamnya, tak lupa kami menyantap durian yang dibeli oleh Ibu saya ketika belanja ke pasar. Siapa sih yang menolak jika disodorkan buah durian, durian medan pula hahaha.
Tak terasa, ketika waktunya untuk kembali ke Jakarta, aku sempat berpikir untuk kembali lagi ke kesini dan mengajak anak-anak saya nanti berkunjung ke kampung halaman yang penuh dengan kenangan. Kami pun pamitan kepada Opung, serta keluarga keluarga kami. Tak lupa saya meminta THR kepada Opung serta saudara-saudara saya hahahaha.. Usaha saya pun membuahkan hasil, saya mendapatkan THR yang lumayan. Pada perjalan pulang kali ni, ayah saya mengatakan bahwa rute yang kami akan lewati berbeda dengan rute yang kami lewati ketika berangkat. Ayah saya memilih melintasi wilayah Timur, yaitu melewati Pekanbaru dan Jambi. Kami sekeluarga tidak lupa untuk mengunjungi wisata yang terkenal di Sumatera Utara, ya apa lagi kalu bukan Danau Toba. danau terbesar di wilayah Asia Tenggara ini dan di tengah danau tersebut terdapat Pulau, yang bernama Pulau Samosir. Puas menikmati keindahan Danu Toba dengan berfoto ditemani teh manis hangat. Kami langsung bergegas untuk pulang.
Sampai sekarang momentum Jalan Darat Sumatera selalu menjadi kenangan manis bagi saya maupun keluarga saya. Setiap ada kisah kota-kota Sumatera di televisi, dengan bangga saya katakan dalam hati, kalau saya sudah pernah ke kota itu, sudah tahu daerah itu, sudah pernah ke Danah Toba yang luar biasa indahnya, menikmati kota Parapat dan Tuktuk di Pulau Samosir, berziarah ke kota Siborong-borong dan mandi air panas diSipoholon Tarutung, berziarah ke kota Kabanjahe dan menginap di Bukit Gundaling Berastagi Tanah Karo.
Saya sudah tahu Objek Wisata Iman di Dairi, Salib Kasih di Tarutung, Tugu Khatulistiwa di kota Bonjol, Jam Gadang di Bukittingi, Ngarai Sianok dan Danau Singkarak di Sumatera Barat, sampai tempat gajah di Way Kambas yang kami lewati ketika menuju Bakauheni. Berdasarkan pengalaman yang sudah saya lewati, saya berencan suatu ketika ingin melakukan perjalan sendiri ke kampung halaman, dan pergi untuk menikmati alama di Negeri yang sangan Indah. Bahwa kita memang perlu keluar dari zona nyaman kita, untuk memulai suatu kehidupan yang baru dan lebih menantang.
Ya itu lah sebagian perjalanan cerita liburan kuliah saya dengan melakukan perjalanan mudik bertepatan dengan hari raya lebaran.